Jumat, 19 November 2010

sel dan sitoplasma

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Penemuan mikroskop oleh Antonie van Leeuwenhock telah banyak membantu para ahli dalam kegiatan penyelidikannya. Kali ini Robert Hooke (sekitar pertengahan abad XVII), dengan memanfaatkan mikroskop berhasil sebagai orang yang pertama melihat ruang-ruang kecil yang dibentuk oleh irisan-irisan pada jaringan-jaringan tubuh tumbuhan. Jarinagn-jaringan itu di lihatnya bagaikan tersusun dari banyak ruang kecil yang dibatasi oleh dinding yang tipis. Ruang-ruang kecil itu dinamakan cel, dan sampai sekarang nama tersebut dimaksudkan untuk ruang sel atau lumen termasuk dinding-dinding sel.
Walaupun penemuan Robert Hooke ini masih sangat terbatas, selain mengenai sel mati, juga yang diketahuinya hanya sekitar lumen saja, tanpa isi yang terdpat dalam lumen itu, namun artinya sangat besar karena:
a) Hanya Robert Hooke yang pada waktu itu mempunyai perhatian akan sel, perhatian para ahli lainnya tidak ada;
b) Dengan penemuan sel oleh Robert Hooke, para ahli mulai tertarik, apalagi setelah mengethui bahwa semua proses serta kegiatan mahluk hidup sangat berkaitan dengan struktur dan fungsi sel.
Baru dua abad kemudian yaitu pada permulaan abad XIX tercipta teori sel atas jasa para peneliti bangsa Jerman bernama Dutrochet, Schwann dan Schleiden. Mereka inilah yang menegaskan bahwa organ tubuh tunbuhan dan hewan tersusun dari sel sel. Masih berkisar pada pendapat para ahli Jerman, von Mohl (1846) menjelaskan bahwa dalam hal organ tubuh tumbuhan dan hewan itu tersusun dari sel-sel, namun yang penting bukanlah dinding sel melainkan isi sel yang disebut protoplasma. Pendapat ini dapat dikatakan sejalan dengan pendapat dengan Robert Brown, seorang ahli bangsa Skotlandia yang pada tahun 1831 mengemukakan hasil penyelidikan pada tanaman anggrek, bahwa pada protoplasma tanaman anggrek terdapat apa yang disebutnya sebagai nucleus atau inti sel.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah mengenai :
1.2.1 Pengertian sel dan protoplasma
1.2.2 Ciri-ciri sel tumbuhan
1.2.3 Bentuk-bentuk dan bagian dari sel tumbuhan
1.2.4 Mengenal plasma sel
1.2.5 Mengenal inti sel

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk mengetahui bentuk, ciri-ciri dan bagian-bagian dari sel, serta mengenal plasma sel dan inti sel.














BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Sel dan Protoplasma
Sel adalah suatu kesatuan aktivitas biologi yang dibatasi oleh selaput semipermiabel dan mampu memperbanyak diri dalam suatu medium
yang bebas dari sistem kehidupan lain.
Bagian-bagian sel meliputi dinding sel sebagai pelindung, protoplasma cairan yang mengandung berbagai zat yang penting seperti, karbohidrat, protein lemak,vitamin dan mineral. Inti sel / nucleus merupakan pusat aktivitas kimiawi dan kehidupan, didalamnya terdapat gen kromosom yang merupakan pembawa sifat.
Macam sel bedasarkan keadaan inti:
a. sel prokarion, sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bakteri dan alga biru.
b. sel eukarion, sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu system membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua makhluk hidup kecuali bakteri dan alga biru
Struktur sel prokariotik lebih sederhana dibandingkan struktur sel eukariotik. Akan tetapi, sel prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein dibentuk) yang sangat banyak. Sel prokariotik dan sel eukariotik memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :

















Protoplasma adalah bagian yang terpenting dalam sel setiap mahluk hidup karena merupakan tempat terjadinya perubahan kimia yang menyelenggarakan pencernaan, penyerapan, kegiatan otot dan semua kegiatan-kegiatan lainnya. Protoplasma sel tumbuhan terdapat komponen-komponen plasma sel, initi sel dan butir-butir plastida.

2.2 Ciri-ciri Sel Tumbuhan
Memiliki dinding sel, memiliki butir plastid, bentuk tetap, jumlah mitokondria relative sedikit dan mempunyai vakuola yang besar. Sentrosom dan sentriolnya tidak jelas.






Seperti gambar di bawah ini:

2.3 Mengetahui Bentuk-Bentuk dan Bagian dari Sel Tumbuhan
Adapun bentuk-bentuk sel sebagai berikut:
1. Bulat bagaikan peluru
2. Persegi bagaikan kubus
3. Prisma
4. Lurus memanjang
5. Panjang berkelok-kelok
6. Silindris dan lain-lain.

Bagian bagian dari sel tumbuhan terdiri dari:
a. Dinding sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel terdiri daripada selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. Terdapat liang pada dinding sel untuk membenarkan pertukaran bahan di luar dengan bahan di dalam sel. Dinding sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.
Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.
b. Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma. Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel.
Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson pada tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah “pembangkit tenaga” bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
d. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
- Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
- Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
- Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi.
beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk membentuk lisosom
f. Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).
Ada tiga jenis retikulum endoplasma: RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.
g. Nukleus
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri
h. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten
- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten
i. Sentriol (sentrosom)
Sentorom merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol (sepasang sentriol) yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan duplikasi sentrosom.
Terdapat sejumlah fase tersendiri dalam duplikasi sentrosom, dimulai dengan G1 dimana sepasang sentriol akan terpisah sejauh beberapa mikrometer. Kemudian dilanjutkan dengan S, yaitu sentirol anak akan mulai terbentuk sehingga nanti akan menjadi dua pasang sentriol. Fase G2 merupakan tahapan ketika sentriol anak yang baru terbentuk tadi telah memanjang. Terakhir ialah fase M dimana sentriol bergerak ke kutub-kutub pembelahan dan berlekatan dengan mikrotubula yang tersusun atas benang-benang spindel.
j. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel

2.4 Mengenal Plasma Sel
Plasma sel atau sitoplasma merupakan benda yang hidup yang terdapat dalam sel, berbentuk cairan yang agak kental. Plasma sel atau sitoplasma lazim disebut dengan dinding sel. Pada plasma ini terdapat tiga lapisan, yaitu:
a. Lapisan luar (ektoplasma=plasmolemma=plasmoderma), lapisan plasma ini merupakan lapisan paling luar, berbatasan dengan dinding sel. Kelihatan di bawah mikroskop merupakan cairan yang agak kental dan bersih/jernih.
b. Lapisan tonoplasma,merupakan lapisan plasma yang agak dalam, yang berbatasan dengan vakuola-vakuola, tampak agak jernih.
c. Lapisan polioplasma, merupakan lapisan di antara ektoplasma dan tonoplasma, tampak berbutir-butir kecil sehingga tampak agak keruh, mungkin tanpa adanya butir-butir kecil tersebut cairan tersebut akan tampak pula jernih karena bahan dasarnya merupakan bahan dasar yang sama.
Bahan dasar plasma sel memang merupakan bahan dasar yang jernih, indeks biasnya lebih daripada air. Bahan dasar plasma sel ini lazim disebut hialoplasma yang berfungsi tidak saja menyusun sitoplasma melainkan juga menyusun plastid dan inti sel atau nucleus. Di antara para ahli yang mengajukan pendapatnya sehubungan dengan pernyataan di atas ada yang menyatakan, bahwa:
a. Mikrosoma merupakan hasil metabolisme yang terjadi atau berlangsung dalam plasma.
b. Mikrosoma itu merupakan gelembung-gelembung yang demikian kecil.
Frey Wissling berpendapat bahwa hasil penelitian terhadap sitoplasma di bawah mikroskop telah menampakkan banyaknya benda bagaikan rantai yang mempunyai banyak caang yang dinamakan polipeptin.
Selain mikrosoma yang belum dapat dipecahkan hal-halnya seperti di atas, ternyata terdapat pula mitokondria atau kondriosoma yang belum dapat dipecahkan atau diungkapkan fungsinya. Yang merupakan benda-benda hidup yang berbentuk butir-butir atau bagaikan benang-benang halus. Benda-benda hidup ini akan tampak apabila pada sitoplasma dilakukan fiksasi dan pewarnaan khusus.
Dalam sel tumbuh-tumbuhan ternyata plasma sel selalu mengadakan gerakan-gerakan, hal ini menandakan bahwa sel-sel itu menunjukan sifat-sifat hidupnya. Pengaruh daya hidup dari plasma ini disebut visvitalis.
Gerak rotasi, merupakan gerakan plasma sel yang berarah gerak melingkar secara tetap, gerakan demikian hanya berlangsung dalam sel-sel yang mempunyai satu vakuola yang besar. Dalam berlangsungnya gerakan-gerakan ini terkadang nucleus (inti sel) dan plastid dapat terpengaruh sehingga mengikuti gerakan tersebut.
Gerak sirkulasi, dalam gerakan ini dapat dikatakan arahnya tidak menentu, gerakan demikian hanya terdapat/berlangsung dalam sel-sel yang mempunyai beberapa vakuola kecil.

2.5 Mengenal Inti Sel
Inti sel merupakan bagian yang penting dari protoplas, terutama bagi kegiatan-kegiatan sel tersebut dapat dikatakan bahwa inti sel ini fungsinya merupakan sentra segala proses yang berlangsung dalam sel tersebut.
Pada sel-sel yang masih muda, inti sel relative lebih besar daripada sel-sel yang dewasa, karena pada pertumbuhan sel-sel muda menjadi dewasa, selnya akan bertambah besar, dan dalam keadaan demikian inti selnya dapat dikatakan tetap, tidak bertambah besar.
Tentang besar atau kecilnya, satu atau banyak inti sel dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong loranthaceae, ranunculaceae dan coniferae, umumnya mempunyai inti sel yang besar.
b. Pada tumbuhan yang tergolong fungi dan algae, berinti sel yang umumnya kecil.
c. Pada tumbuhan tingkat tinggi pada tiap selnya hanya memiliki satu inti sel.
d. Pada tumbuhan rendah, seperti halmya pada cladophora, pada tiap selnya ternyata inti selnya lebih dari satu.
Pada tiap inti sel dapat kita ketahui adanya membrane atau selaput inti, reticulum atau rangka inti, cairan inti, dan nucleolus atau butir inti. Reticulum terdiri dua bagian yaitu:
a. Khromatin reticulum yang berupa butir-butir kecil yang dapat menghisap zat warna,
b. Linin reticulum, yang berupa benang-benang halus, kurang menghisap zat warna
Retikulum atau rangka inti kerap kali memperlihatkan strukturnya yang seperti jala, sedangkan membrane atau selaput inti berfungsi sebagai jalan mengangkut bahan-bahan antara plasma sel dengan bagian-bagian dalam dari inti, bahan-bahan antara lain ribonuklease dan deoksiribonuklease. Membrane ini mempunyai sifat dapat tertembus zat-zat cair (selekti permeable).
Cairan inti atau kariolymph adalah bagian yang merupakan cairan yang terdapat dalam inti. Para ahli menduga bahwa kariolymph yang membantu dilangsungkan pembelahan-pembelahan sel. Butir inti atau nucleolus merupakn butir-butir kecil yang terdapat dalam inti, bentuknya bundar bundar. Jumlah butir-butir inti ini tentunya sama dengan jmlah pasangan kromosom yang terkandung di dalamnya, tergantung pada spesies dan justru karena inilah sering terjadi adanya hubungan antara jumlah butir-butir inti dengan jumlah pasangan kromosom.













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Sel adalah suatu kesatuan aktivitas biologi yang dibatasi oleh selaput
semi permiabel dan mampu memperbanyak diri dalam suatu medium
yang bebas dari sistem kehidupan lain.
Protoplasma adalah bagian yang terpenting dalam sel setiap mahluk hidup karena merupakan tempat terjadinya perubahan kimia yang menyelenggarakan pencernaan, penyerapan, kegiatan otot dan semua kegiatan-kegiatan lainnya.
3.1.2 Memiliki dinding sel, memiliki butir plastid, bentuk tetap, jumlah mitokondria relative sedikit dan mempunyai vakuola yang besar. Sentrosom dan sentriolnya tidak jelas.

3.1.3 Bentuk-bentuk sel sebagai berikut: bulat bagaikan peluru, persegi bagaikan kubus, prisma, lurus memanjang, panjang berkelok-kelok, silindris dan lain-lain.
Bagian-bagian sel terdiri dari dinding sel, membran plasma, mitokondria, lisosom, badan golgi, retikulum endoplasma, nukleus, plastida, sentriol, dan vakuola.

3.1.4 Plasma sel atau sitoplasma merupakan benda yang hidup yang terdapat dalam sel, berbentuk cairan yang agak kental. Plasma sel atau sitoplasma lazim disebut dengan dinding sel. Pada plasma ini terdapat tiga lapisan yaitu lapisan luar (ektoplasma), lapisan tonoplasma, dan lapisan polioplasma.

3.1.5 Inti sel merupakan bagian yang penting dari protoplas, terutama bagi kegiatan-kegiatan sel tersebut dapat dikatakan bahwa inti sel ini fungsinya merupakan sentra segala proses yang berlangsung dalam sel tersebut.

3.2 Saran
Bagi pemabaca untuk mempermudah mempelajari tentang sel, sebaiknya membuat sebuah struktur agar lebih mudah untuk memahami pembagian-pembaginya dari sel tersebut.




















DAFTAR PUSTAKA


http://abdulsyahid-forum.blogspot.com/2009/03/sejarah-virus.html,
Abd syahid di 23.10,Jumat, 20 Maret 2009
International,Grolier.1998.Ilmu Pengetahuan Populer.PT.Widyadara;Jakarta
Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan. Rineka Cipta; Jakarta
Sutrian,Yayan.2004.Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang sel dan Jaringan.Rineka Cipta; Jakarta
Tjitrosoepomo, G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

makalah Amphibi

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.

Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993) Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki.Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat.(Zug,1993)

Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni.
Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah mengenai :
1.2.1 Ciri-ciri hewan Amphibi
1.2.2 Tempat hidup (habitat) Amphibi
1.2.3 Struktur tubuh Amphibi
1.2.4 Sistem organ yang meliputi:
1.2.4.1 Sistem pencernaan
1.2.4.2 Sistem peredaran darah
1.2.4.3 Sistem ekresi
1.2.4.4 Sistem kelenjar
1.2.4.5 Indra Amphibi
1.2.4.6 Sistem respirasi dan reproduksi

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk mengetahui ciri-ciri hewan Amphibi, mengetahui tempat hidup (habitat) nya, mengetahui struktur tubuh Amphibi, mengetahui sistem organnya yang meliputi sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem ekresi, sistem kelenjar, indra Amphibi, sistem respirasi dan reproduksi.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Ciri-ciri Hewan Amphibi
Adapun ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:
1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apod yang anggota geraknya terduksi.
2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp
3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil ( biasanya beracun).
4. Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.
5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.
6. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)
7. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
8. Merupakan hewan poikiloterm.

2.2 Tempat Hidup (Habitat) Amphibi
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk seluruh kawasan Indonesia.
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan dilingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
2.3 Struktur Tubuh Amphibi
Pada kepala Amphibi terdapat rims oris yang lebar untuk masuknya makanan, nares externs mempunyai peranan dalam pernafasan, sepasang arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang mata terdapat membrane tympani untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel kelamin.
Extremitas muka yang berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri atas : brachium (lengan atas) yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang berupa radioulna, carpus (pergelangan tangan), menus (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan phalangus (jari – jari); pada telapak tangan terdapat palm, di bawah jari pada hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin. Extremitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah) yang terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas meta tarsus dan phalangus (jari – jari). Katak adalah bilateral simetris. Alat pencernaan yang tampak dari luar yaitu cavum oris, dibatasi oleh maxillae (rahang atas) atap pada sebelah atas, sedang di sebelah bawah di batasi oleh mandibula (rahang bawah) dan oshyoid. Kemudian dilanjutkan oleh pharynx, oesophagus, ventricullus dan intestinum yang terletak di dalam rongga tubuh. Lingula (lidah) yang pipih berpangkal pada dasar di sebelah anterior mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil, dilapisi oleh lendir, dapat dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa. Lingula disokong oleh oshyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan lidah tegar tapi lemas. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedang pada atap cavum oris terdapt denta vomerin terdapat dua lubang nares interns yang berhubungan dengan narens externs. Glottis terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula, merupakan pintu menuju ke pulmo (paru – paru). Di belakang mata di dekat sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari tuba auditiva eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan ruang telinga dalam.

2.4 Sistem Organ
2.4.1 Sistem Pencernaan
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan mendorong makanan masuk dalam fentriculus yang berfungsi sebagai gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut cardiarc, sedag bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan katalisator. Tiap – tiap enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan – ikatan yang lebih sederhana. Enzim yanbg dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas : pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Disamping itu ventriculus menghasilkan asam klorida untuk mengasam kan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristalis. Beberapa penyerapan zat makanan terjadi di ventriculus tetapi terutama terjadi di intestinum. Makanan masuk ke dalam intertinum dari ventriculus melalui klep pyloris.Kelenjar pencernaan yang besar adalah hepardan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum kecuali itu intestinum menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang besar terdiri atas beberapa lobus dan bilus atau zat empedu yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam fesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus cystcus dahulu kemudian melalui duktus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengilmusikan zat lemat. Bahan makanan yang merupakan sisa di dalam intestinum mjor menjadi feces dan selanjutnya dikeluarkan melalui anus.

2.4.2 Sistem Peredaran Darah
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu : atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru – paru. Darah dari kedua atrium bersama – sama masuk ventrikel. Walaupun tampaknya terjadi percampuran antara darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen namun percampiurn diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat yang terdapat pada ventrikel. Dari ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah yang bercabang tiiga. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala dan ke otak. Cabang tengah (lung aorta) mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ dalam badan, sedangkan arteri posterior dilewati oleh darah yang menuju kulit dan paru – paru.
Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan, darah mengalir ke ventrikel yag kemudian di pompa keluar melalui arteri pulmonalis → paru – paru → vena pulmonalis → atrium kanan. Lintasan peredaran darah ini disebut peredaran darah paru – paru. Selain peredaran darah paru – paru, pada katak → sinus venosus → atrium kanan.
2.4.3 Sistem Ekresi
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak iar masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunkan kantung kemih untuk konserfadsi air. Apabila sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin ynag encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.
2.4.4 Sistem Kelenjar (Endokrin)
Dengan mengambil contoh Katak. Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas – tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifakan bermacam – macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk. Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atcuglandulaehypophysa bagian anterior kelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panajang tulang, dn kecuali itu mempengaruhi glandulae thyroidea. Bila seekor berudu diambil dan bagian anterior glndulae hypophysannya, berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak tapi bila potongan itu ditransplatasikan kemabali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagai mana mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior hypophysa ini baik secara oral atau suntikan menyebabkan pertumbuhan raksasa.
Pada katak dewasa bagian anterior glandulae pitutaria ini menghasilkan homon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika kita mengadakan implantasi, kelenjar ini dengan suskses pada seekor katak dewasa yang tak dalam keadaan berkembang biak, maka mulai saat itu terjadi perubahan. Implantasi pada hewan betina mengakibatkan hewan itu menghasilkan ovum yang telah masak. Implantasi pada hewan jantan mengakibatkan hewan itu mengahasilkan sperma. Bagian tengah pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan kromotofora dalam kulit. Bagian posterior pituitaria menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Glandulae phyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thryoid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelnjar ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorfose menjadi katak. Jika kelenjar itu diambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon nsulin yang mengatur metabolisme (memacu pengubahan glukosa menjadi glikogen. Pada permukaan luar ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa).

2.4.5 Indra Makhluk Amphibi
Pada hewan amphibi (katak) memiliki 2 indera yang paling menonjol:
1. Indera penglihat (Mata)
Mata katak berbentuk bulat dengan lensa yang tebal. Terdiri dari selaput yang bergerak dari bawah ke samping atas membatasi jarak penglihatan sehingga mata katak tidak dapat berakomodasi.
Katak memiliki selaput tidur pada kelopak matanya yang disebut membran niktitans atau selaput tidur. Fungsi membran niktitans: untuk menjaga kelembapan mata katak saat di darat dan melindungi dari gesekan di dalam air.
2. Indera pendengar (Telinga)
Alat pendengaran katak berupa telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Jika kita melihat katak mungkin kita tidak dapat melihat telinganya karena katak tidak memiliki daun telinga, tapi kalau diperhatikan lebih seksama kita dapat menemukan selaput gendang telinganya.

Proses penyampaian bunyi pada pendengaran katak:
Getaran suara diterima oleh selaput gendang telinga, menggetarkan tulang pendengaran dan meneruskannya ke tingkap jorong. Di tingkap jorong, getaran ini diteruskan oleh cairan limfa ke saraf pendengaran.
3. Indera lainnya
Sebenarnya indera katak yang lain hanya berfungsi seperti fungsi pada umumnya, misalnya lidah katak. Lidah katak tidak dapat merasakan rasa manis/asam/asin/pahit/dll seperti yang bisa kita rasakan. Namun lidah katak cukup bisa membedakan mana makanan yang layak makan dan yang tak bisa dimakan. Selain itu, lidah katak juga dapat menjulur panjang dan digunakan untuk menangkap mangsa seperti serangga.

2.4.6 Sistem Respirasi dan Reproduksi
2.4.6.1 Sistem Respirasi
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.

2.4.6.2 Sistem Reproduksi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)



2.5 Sistematika
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah).
Adapun klasifikasinya sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Super Class : Tetrapoda
Class : Amphibia

Ordo

a. Caecilia Gymnophiona
- Familia Ichthyopidae , Familia Caecilidae, Familia Rhinatrematidae, Familia Scoleocomorphidae, FamiliaUracotyphlidae, FamiliaTyphlonectidae.

b. Urodela
Subordo : Cryptobranchoidea
- Familia Cryptobranchidae, Familia Hynobiidae
Subordo : Salamandroidea
- Familia Salamandridae, Familia Proteidae, Familia Ambystomatidae, Familia Amphiumidae, Familia Dicamtodontidae, Familia Plethodontidae
Subordo : Meantes
- Familia Sirenidae

c. Anura
Subordo : Archaeobatrachia
- Familia Discoglossidae , Familia Ascaphidae, Familia Leiopelmatidae
Subordo : Mesobatrachia
- Familia Pipidae, Familia Rhinophrynidae, Familia Pelobatidae, Familia Pelodytidae
Subordo : Neobatrachia
- Familia Bufonidae, Familia Microhylidae, Familia Ranidae, Familia Pelobatidae (Megophrydae) , Familia Rhacophoridae, Familia Dendrobatidae, Familia Hylidae, Familia Pelodryadidae, Familia Myobatrachidae, Familia Sooglossidae, Familia Psedidae

d. Proanura ( telah punah )

Adapun Ordo yang terdapat pada Amphibi adalah:
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.

Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal.
( Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. (Pough et. al, 1998)
Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae.
Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontie dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)

3. Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya.
(Duellman and Trueb, 1986)

4. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)

Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae
Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,
Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae,
Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,
Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae,
Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae,
Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae,
Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae,
Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae,
( Pough et. al.,1998)

Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.
Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.
Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.( Eprilurahman, 2007 )
b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)

c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana. ( Eprilurahman, 2007)

d. Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)

e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.
(Eprilurahman,2007)




























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Hewan Amphibi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda yang anggota geraknya terduksi.
b. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp.
c. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil( biasanya beracun).
d. Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.
e. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.
f. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)
g. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
h. Merupakan hewan poikiloterm.

3.1.2 Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai,rawa,kolam,bahkan dilingkungan perumahan pun bisa ditemukan.

3.1.3 Bagian tubuh Amphibi terdiri atas kepala, memiliki sepasang kaki yang panjang




3.1.4 Sistem pencernaan Amphibi terdiri dari :
Cavum oris Pharynk Oesophagus (sekresi alkalis) Fentriculus (merupakan gudang pencernaan) Intertinum (melalui klep pyloris, merupakan tepat terjadinya penyerapan makanan) Anus

Sistem Peredaran Darah Amphibi merupakan sistem peredaran darah ganda (dalam satu kali peredarannya, darah melewati jantung 2 kali). Jantung beruang tiga terdiri dari 2 atrium dan 1 ventrikal.

Sistem Ekresi pada Amphibi berupa ginjal yang berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebihan.

Sistem Kelenjar (Endokrin) pada Amphibi berfungsi mengatur atau mengontrol tugas–tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifakan bermacam–macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk.

Sistem Indra pada Amphibi terdiri atas indra penglihat, indra pendengar, dan indra lainnya seperti lidah pada katak.

Sistem Respirasi pada Amphibi misalnya katak, oksigen berdifusi melewati selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang.

Sistem Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal misalnya pada anura dan internal misalnya pada Ordo Apoda.

3.1.5 Sistematika pada Amphibi terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), Anura ( katak dan kodok),dan Proanura (telah punah).
3.2 Saran
Diharapkan kepada dosen pembimbing untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam makalah kami.

























DAFTAR PUSTAKA



Jasin, Maskoeri.1992.Zoologi Vertebrata.Sinar Wijaya:Surabaya Hal 73-84

http://www.mykunci.com/info/struktur-luar-amphibi.html.
Didownload : 04-10-2010

http://widhy-unindra4.blogspot.com/2008/10/sistem-peredaran-darah-pada-hewan.html
Didownload : 04-10-2010